Macam (genre) karya sastra yaitu prosa cerita,
puisi, dan drama.
A. Karya Sastra Bentuk Prosa
Karangan
prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai
suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk
prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat imajinatif dan karya sastra
yang bersifat nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam
khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya,
yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya
sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa
baru. Perbedaan prosa lama dan prosa
baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis,
sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya
sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk
hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh
kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat
anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis
(senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris (
cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen,
novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan
kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh
kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa
pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis
Prosa lama
Prosa
lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek
pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh
barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra
Indonesia. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan
secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk
tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak
itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia
mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama
adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak
mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri.
Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang
dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin
Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang
pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk
prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta
kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita
yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah
cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh
pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
Prosa Baru
Prosa
baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni
sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti
mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa
baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai
mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman
terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita
tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota
Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman
hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto
Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar
Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang.
Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan
kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita.
Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M.
Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa
kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya
dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah
karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut
karangan YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu
hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria
tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah
pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya
bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek
seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau
dinikmati.
10.Esei adalah
ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi
penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat
subjektif atau sangat pribadi.
B. Puisi
Puisi
adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa
puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang
dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah
persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah
perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun
naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap
baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan
bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang
diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan
kata/ungkapan
i. tipografi adalah
perwajahan/bentuk puisi Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru.
Puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah
ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak,
muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adalah
pantun berkait
5. gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima.
Menurut isinya, puisi dibedakan atas
Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
C. Drama/Film
Drama
atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan aspek pementasan.
Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario.
Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur,
perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting,
busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara,
penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain.
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa Yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama dimana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Unsur
pembentuk drama
Drama dibentuk oleh dua unsur yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1. Unsur-unsur intrinsik teks drama
a. Definisi
Unsur
intrinsik teks drama adalah unsur yang terdapat di dalam sebuah drama. Teks
drama atau drama naskah disebut juga sastra lakon, sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh
struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Wujud fisik
sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Dasar teks drama adalah konflik
manusia yang digali dari kehidupan, konflik manusia itu biasanya terbangun oleh
pertentangan antara tokoh-tokohnya. Dengan pertikaian itu muncullah drama aksi
yang menjadi daya pikat suatu naskah drama ditentukan oleh kuatnya dramatik
aksi ini.
Unsur –unsur intrinsik teks drama
Apabila
menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu
drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah. Oleh sebab
itu pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telaah drama. Berikut
akan dibahas tentang naskah/teks drama yaitu pada
unsur-unsur intrinsik teks drama yang meliputi plot, penokohan, dialog, tema, dan amanat.
unsur-unsur intrinsik teks drama yang meliputi plot, penokohan, dialog, tema, dan amanat.
1). Plot atau Kerangka Cerita
Plot
merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan
jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. konflik itu berkembang karena
kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh utama itu bertentangan, misalnya:
kebaikan kontra kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh brutal, tokoh pembela
kebenaran kontra bandit, tokoh kesatria kontra penjahat, tokoh bermoral kontra
tokoh tidak bermoral, dan sebagainya. Konflik itu semakin lama semakin
meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks akan menuju
penyelesaian.
Jalinan konflik dalam plot itu biasanya meliputi hal-hal berikut ini.
a.
Protasis atau jalinan awal cerita.
b. Epitasio
c. Katarsis
d. Catastrophe (aristoteles)
Gustaf freytag memberikan unsur-unsur plot ini
lebih lengkap, yang meliputi:
a. Eksposition atau pelukisan awal cerita
b. Komplikasi atau pertikaian awal
c. Klimaks atau titik puncak cerita
d. Resolusi atau penyelesaian atau falling Action
e. Catastrophe atau denoument atau keputusan
Plot drama ada tiga
jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Sirkuler, artinya cerita berkisar pada
satu peristiwa saja.
b.
Linear, yaitu cerita bergerak secara
berurutan dari A-Z
c. Episodik, yaitu jalinan cerita itu
terpisah kemudian bertemu pada akhir cerita.
Alfred N. Frieman
(1975) merinci alur berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Alur peruntungan; terdiri atas alur gerak, alur
pedih, alur tragis, alur penghukuman, alur sinis, alur sentimental, dan alur
kekaguman.
b. Alur penokohan; terdiri atas alur kedewasaan, alur
perbaikan, dan alur pengujian.
c. Alur pemikiran; terdiri atas alur pendidikan, alur
pembuka rahasia, alur perasaan sayang, dan alur kekecewaan.
2). Penokohan dan perwatakan
Penokohan
erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personal) adalah
daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh itu, yang
terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik,
jabatan, dan keadaan kejiwaannya itu. Penulis lakon sudah menggambarkan
perwatakan tokoh-tokohnya.
Perwatakan
tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Jenis
dan warna dialog akan menggambarkan watak tokoh itu. Dalam wayang kulit atau
wayang orang, tokoh-tokohnya sudah memiliki watak yang khas, yang didukung pula
dengan gerak-gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat dan ungkapan
yang digunakan.
Klasifikasi tokoh
Tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa seperti berikut ini:
a. Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh seperti di bawah ini:
a).
Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada dua figur
tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut
terlibat sebagai pendukung cerita.
b).
Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama
yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
c).
Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun
untuk tokoh antagonis
b.
Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya,
maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a).
Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Mereka
merupakan proses perputaran lakon tokoh sentral merupakan biang keladi
pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
b).
Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga
sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh
tritagonis.
c).
Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan
dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan
cerita saja. Tidak semua lakon menampilkan kehadiran tokoh pembantu.
Perwatakan
Perwatakan adalah karakter atau watak yang
diberikan oleh pengarang kepada tokohPerwatakan para tokoh digambarkan dalam
tiga dimensi (dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis,
dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya
dilukiskan paling dulu, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak pemain dapat
langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi
banyak juga kita jumpai dalam catatan samping (catatan teknis).
a. Keadaan fisik
Yang termasuk keadaan fisik tokoh adalah:
umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol,
suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suka
senyum/cemberut, dan sebagainya.
b. Keadaan psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi: watak,
kegemaran, mentalitas, standart moral, temperamen, ambisi, kompleks psikologis
yang dialami, keadaan yang emosinya, dan sebagainya.
c. Keadaan sosiologis
Keadaan
sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama,
ideologi, dan sebagainya.
3). Dialog (percakapan)
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu
berbentuk percakapan atau dialog. Dalam penyusunan dialog ini pengarang harus
benar-benar memperhatikan pembicaraan yang ditulis oleh pengarang. Naskah drama
adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan diatas
panggung. Bayangan pentas diatas panggung merupakan mimetik
(tiruan) dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan
pembicaraan sehari-hari.
Contoh dialog:
ANTIGONE : “Astaga, apakah kini kataku!” “Ayah, apakah
itu?”
OIDIPUS : “Antigone, anakku, kenapa?”
ANTIGONE
: “Seorang wanita menuju kemari, menunggang kuda”. “Itulah kuda dari Etnan”.
“Wanita itu memakai topi, tepi lebar menudungi wajahnya”. “Itulah topi dari
Thessali. Aku bimbang”. “Diakah ia atau bukan?” “Ya kini matanya bersinar
gembira”. “Ia hampir tiba!” “ia memberi tanda”. “Sekarang nyatalah dia, Ismene!
Ismene kita”.
OIDIPUS : “apa?” “Apa katamu?”
ANTIGONE
: “Itu dia!” “Putrimu dan saudaraku datang kemari.” Sebentar lagi akan
terdengar suaranya.”
Masuk ISMENE
IMENE : “Ayah!” “Antigone!” “Inilah
kenyataan impian! Semula sangat
mencarimu.” “Kini setelah ketemu air mata mengaburkan pandangan.”
OIDIPUS : “Kamukah itu, anakku?”
ISMENE : “Ayahku!”
OIDIPUS : “Jadi benar kamu?”
ISMENE : “Sungguh sulit datang kemari.”
OIDIPUS : “Peganglah tanganku.”
ISMENE : “Satu tangan untuk ayahku.” “Satu tangan
untuk saudaraku.”
OIDIPUS : “Oh, kamulah anakku, dan juga
saudaraku.”
ISMENE : “Orang yang dimakan kutukan.”
OIDIPUS : “Ya, ibumu dan aku.”
ISMENE : “Aku, pihak ketiga pun sama-sama.”
OIDIPUS : “Tetapi kenapa kau datang, anakku?”
ISMENE : “Karena anda, ayahku!”
OIDIPUS : “Karena rindu?”
ISMENE : “Ya!” “Dan juga membawa berita bahwa
mereka terlibat perkara!”
(Oedipus
di kolonus: 25-26)
Dialog di atas memenuhi dialog yang baik. Dalam dialog tersebut kita membayangkan bahwa adegan drama dapat dilaksanakan. Disamping memiliki kemungkinan pentas, dialog yang baik juga memiliki nilai literer, artinya memiliki keindahan bahasa. Keindahan bahasa itu tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah, artinya walaupun indah tetap komunikatif.
4). Setting/ landasan/tempat kejadian
Setting
atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini
harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk
dipentaskan. Setting biasanya meliputi: tiga dimensi, yaitu: tempat, suasana,
dan waktu.
Setting
tempat tidak berdiri sendiri. Berhubungan dengan waktu dan ruang. Misalnya,
tempat di Jawa, tahun berapa, di luar rumah atau di dalam rumah. Untuk cerita
Diponegoro misalnya, tempatnya jelas di daerah istimewa Yogyakarta, pada tahun
antara 1825-1830, tempatnya di desa, baik di dalam rumah maupun di medan
gerilya. Dengan rumusan tersebut, kita dapat membayangkan tempat kejadian
dengan hidup. Hal ini berhubungan dengan kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lainnya jika
drama ini dipentaskan.
Setting
waktu juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore, atau malam
hari. Siang atau malam di desa dan di kota akan berbeda pula keadaannya. Dimana
terjadinya? Di ruang sebuah keluarga modern yang kaya akan lain dari ruang
keluarga tradisional yang miskin. Jadi, waktu juga harus disesuaikan dengan
ruang dan tempat. Di depan telah disinggung bahwa waktu juga berarti zaman
terjadi lakon itu.
5). Tema/ Nada Dasar Cerita
Tema
merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan
premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah
drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan
ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut.
Tema merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra. Tema juga berhubungan dengan sudut pandang atau point of view; sudut darimana pengarang memandang dunia ini, apakah dari segi bahagia, duka, mengejek, mencemooh, harapan, ataukah kehidupan ini sama sekali tidak bermakna. Sudut pandang sering dihubungkan pula dengan sebagai apakah pengarang sebagai orang pertama atau ketiga, dalam drama, pengarang dapat berperan sebagai orang yang terlibat gagasannya dengan dialog drama, dapat pula hanya sebagai penyaji alternatif-alternatif. Drama-drama Rendra, dimana Rendra turut terlibat dalam lakon tersebut, kendatipun dia menyadur karya orang lain.
6). Amanat/ Pesan Pengarang
Amanat
yang hendak disampaikan pengarang
melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Seorang
pengarang drama sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya
itu. Pembaca cukup teliti akan dapat menangkap apa yang tersirat dibalik yang
tersurat. Jika tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, maka amanat berhubungan dengan
makna (signifikan) dari karya itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan
khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap pembaca
dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya, dan semuanya
cenderung dibenarkan. Tema bersifat objektif. Ada drama yang bertema ketuhanan,
perikemanusiaan, cinta, patriotisme, kritik sosial, renungan hidup, dan
sebagainya. Amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang perlu diberikan
beberapa alternatif. Didalam menafsirkan amanat itu, kita dapat bersifat
akomodatif.
Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati
penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya memberikan manfaat
dalam kehidupan secara praktis. Jika meminjam istilah Horce dulce et utile,
maka amanat itu menyorot pada masalah utile atau manfaat yang dapat di petik
dari karya drama itu. Dalam keadaan demikian, karya yang jelek sekalipun akan
memberi manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.
Cerita-cerita
wayang yang diambil dari Mahabarata biasanya memberi amanat bahwa kebaikan
pasti mengalahkan kejahatan. Demikian pula Ramayana. Jika ditelusuri lebih
jauh, amanat kedua cerita itu berbeda, bahwa manusia itu tidak ada yang
sempurna, disisi kebaikannya terdapat sisi kejahatan, dan diantara sisi
kejahatan manusia, ada sisi baiknya. Dalam Ramayana, amanat semacam itu tidak
kita jumpai.
2.2.1 Unsur ekstrinsik teks drama
Unsur
ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar teks drama, tetapi
ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain
biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur
sosial budaya masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan masukan yang
menunjang penciptaan karya drama tersebut.
*Jenis drama*
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Seiring
dengan perkembangan dunia sastra akhir-akhir ini mulai terjadi pembatasan yang
tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian
sastra yang lain. Dalamperkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra
imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif.
Sastra imajinatif mempunyai ciri
a. isinya bersifat khayali
b. menggunakan bahasa yang konotatif
c. memenuhi syarat-syarat estetika seni.
Sedangkan sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri
a. isinya menekankan unsur faktual/faktanya.
b. Menggunakan bahasa yang cenderung denotatif.
c. Memenuhi unsur-unsur estetika seni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif, sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif.
Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif adalah
a. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3. dramatic
b. Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen, roman) dan 2.
Drama (drama prosa, drama puisi)
Bentuk karya sastra yang termasuk sastra
non-imajinatif adalah
a. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta
yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
b. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya
seni atau karya sastra.
c. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang
yang ditulis oleh orang lain.
d. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh
tokohnya sendiri.
e. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu
masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis.
f. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian
pengalaman hidup saja.
g. Catatan harian, adalah catataan seseorang tentang
dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.
SEMOGA BERMANFAAT DAN SUKSES SELALU YA.. ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar